Purwakarta – Qjabar.com – Melalui Isra Mi’raj Membangun keimanan ,  Memperingati Hari Isra Mi’raj 27 Rajab 1445 H Majelis Talim haji Yetty di Desa Cibungur,Kamis Tgl -7 Oktober 2024

Dalam penceramah oleh ustadzah hj. Nunung /  Kajol dari Karawang yang di hadiri oleh hj. Yetty dan para jamaahnya.

Dalam mengisi ceramahnya ustadzah hj.Nunung / kajol memberi  contoh kehidupan sehari2 seperti   kehidupan Nabi Muhammad SAW, yaitu

 

Pertama sekali marilah kita bersyukur ke hadirat Allah yang telah memberikan berjuta kenikmatan kepada kita sekalian sehingga kita masih bisa berumpul di tempat ini untuk memperingati Isra Miraj 1445 H.

Shalawat serta salam, semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad yang telah membimbing kita menuju dunia yang terang dan jelas, yaitu addinul Islam. Semoga kita selalu mencintainya dan bershalawat kepadanya sehingga kita diakui sebagai umatnya yang mendapatkan syafaatnya di hari akhir nanti. Aamiin.

Hadirin yang dimuliakan Allah

Pada kesempatan kali ini, saya ingin menyampaikan ceramah berjudul hikmah Isra Mi’raj. Isra’ Mi’raj adalah peristiwa luar biasa dan tidak masuk akal di zamannya, yaitu Allah swt memanggil dan memperjalankan serta memberikan keistimewaan kepada Nabi Muhammad saw untuk melakukan perjalanan dari Masjidilharam Makkah menuju Masjidilaqsha Palestina. Kemudian dari Masjidilaqsha menuju Sidratul Muntaha untuk menghadap Allah swt. Sebagaimana Allah jelaskan dalam Surat Al-Isra ayat pertama:

سُبْحَٰنَ ٱلَّذِىٓ أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِۦ لَيْلًا مِّنَ ٱلْمَسْجِدِ ٱلْحَرَامِ إِلَى ٱلْمَسْجِدِ ٱلْأَقْصَا ٱلَّذِى بَٰرَكْنَا حَوْلَهُۥ لِنُرِيَهُۥ مِنْ ءَايَٰتِنَآ ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْبَصِيرُ

Artinya: “Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjid Al-Haram menuju ke Masjid Al-Aqsa yang telah diberkahi sekelilingnya, agar kami perlihatklan kepada nya dari tanda-tanda kebesaran kami, sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS Al-Isra: 1)

Sejarah telah menjelaskan, Nabi Muhammad diisra’mi’rajkan adalah karena kesediahan yang dialaminya. Kesediah itu disebabkan karena meninggalnya istri tercinta, Siti Khadijah dan pamannya Abu Thalib. Keduanya adalah pendukung kuat dalam berdakwah, karenanya Nabi sedih.

Ada banyak peristiwa yang dialami oleh Nabi dalam perjalan Mi’rajnya, yang kesemuanya itu merupakan tamsil-tamsil kehidupan supaya dapat dipahami dan dijadikan pelajaran dan pijakan dalam mengarungi kehidupan agar mendapatkan keselamatan dan kebahagiaan. Di antara tamsil-tamsil itu di antaranya ialah:

Nabi Muhammad saw melihat orang memotong padi (panen) terus menerus. Nabi bertanya kepada Jibril “siapakah mereka itu?” Jibril menjawab: “Mereka itu ibarat orang yang gemar beramal jariyah, yang kemudian mereka memetik pahalanya dari Allah swt”.

Nabi juga melihat orang yang terus menerus memukul kepalanya. Nabi Muhammad bertanya, “siapakah mereka itu ya Jibril?” Dijawab, “mereka itu ibarat orang yang enggan melaksanakan shalat, yang kelak akan menyesal dengan memukuli kepalanya sendiri terus menerus sekalipun terasa sakit olehnya.”

Juga melihat sebuah kuburan yang sangat harum baunya. Nabi bertanya, “apakah itu Ya Jibril?” Dijawab: “Itu kuburan Mashitah dan anaknya. Dia mati disiksa oleh Raja Fir’aun karena mempertahankan imannya kepada Allah swt sewaktu dipaksa supaya menyembah berhala.”

Dari sejarah Isra’ Mi’raj dan peristiwa yang melatar belakangi serta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya ada beberapa hikmah yang dapat dijadikan pelajaran serta penguatan keimanan umat Islam, di antaranya adalah:

Pertama, menghilangkan kesedihan Nabi

Setiap manusia dikaruniai perasaan dan cinta oleh Allah, sehingga jika suatu saat terjadi goncangan, maka manusia bisa menjadi sedih dan boleh jadi berlarut-larut kesedihannya. Sebelum Nabi Muhammad diisra’mi’rajkan oleh Allah, Nabi mengalami kesedihan yang luar biasa atas meninggalnya istri tercinta dan paman yang sangat sayang kepadanya. Keduanya menjadi penopang yang kuat dalam berdakwah.

Kesedihan yang dialami Nabi Muhammad mendapat hiburan dari Allah dengan memanggilnya melalui Isra Mi’raj yang bertemu langsung dengan Allah. Allah berfirman:

وُجُوْهٌ يَّوْمَىِٕذٍ نَّاضِرةٌۙ. اِلٰى رَبِّهَا نَاظِرَةٌ ۚ .

”Wajah-wajah (orang mukmin) pada hari itu berseri-seri, (karena) memandang Tuhannya.” (QS Al-Qiyamah: 22-23)

Kedua, pentingnya ibadah shalat

Allah memberikan perintah langsung kepada Nabi Muhammad untuk menerima tugas shalat 5 waktu. Jadi shalat merupakan hal penting dalam peristiwa Isra Mi’raj Nabi Muhammad saw. Rasulullah bersabda:

الصَّلَاةُ عِمَادُ الدِّيْنِ، فَمَنْ أَقَامَهَا فَقَدْ أَقَامَ الدِّيْنِ، وَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ هَدَمَ الدِّيْنِ.

“Salat adalah tiang agama. Barang siapa menegakkannya, berarti ia telah menegakkan agama. Dan, barang siapa meninggalkannya, berarti ia telah merobohkan agama.” (HR Al-Baihaqi)

Ketiga, ujian keimanan bagi umat Islam

Pada zaman Nabi Muhammad saw kendaraan yang bagus kecepatannya adalah kuda dan belum ada kendaraan yang bisa membawa penumpang dalam waktu yang cepat dan singkat ke udara, apalagi menembus langit. Karenanya peristiwa Isra’ Mi’raj adalah sesuatu yang dianggap masyarakat adalah sesuatu yang ganjil dan mustahil. Sebab itu Nabi dianggap pembohong atau pun orang gila.

Dalam memahami Islam ternyata tidak semua harus masuk akal atau logik. Ini merupakan satu ujian yang cukup besar di zaman itu. Hanya bisa diterima dengan hati, dengan keyakinan atau keimanan. Jadi Isra’ Mi’raj merupakan ujian keimanan seorang Muslim. Apakah yakin atau tidak dengan apa yang dialami oleh Nabi?. Allah berfirman:

اَحَسِبَ النَّاسُ اَنْ يُّتْرَكُوْٓا اَنْ يَّقُوْلُوْٓا اٰمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُوْنَ

”Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan (hanya dengan) berkata, “kami telah beriman,” sedangkan mereka tidak diuji?.” (QS Al-Ankabut: 2)

Keempat, terhindarnya sikap keluh kesah

Bahwa pada dasarnya manusia memiliki sifat keluh kesah dalam hidupnya, terutama ketika mendapati musibah atau kondisi kekurangan. Karenanya manusia sering menujukkan keresahan, kegelisahan, serta memperlihatkan sifat kikirnya. Terlihat jelas sikap itu ketika kondisi kekurangan atau musibah dialami.

Momen Isra Mi’raj ini bisa dijadikan sebagai pengingat dan penyemangat agar kita berusaha memperbaiki ibadah shalat serta mengaktualisasikan kedermawanan kita kepada sesama. Allah berfirman:

إِنَّ الْإِنسَانَ خُلِقَ هَلُوعًا، إِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوعًا، وَإِذَا مَسَّهُ الْخَيْرُ مَنُوعًا، إِلَّا الْمُصَلِّينَ، الَّذِينَ هُمْ عَلَىٰ صَلَاتِهِمْ دَائِمُونَ، وَالَّذِينَ فِي أَمْوَالِهِمْ حَقٌّ مَّعْلُومٌ، لِّلسَّائِلِ وَالْمَحْرُومِ، وَالَّذِينَ يُصَدِّقُونَ بِيَوْمِ الدِّينِ

”Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah. Dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir. Kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat. Yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya. Dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta). Dan orang-orang yang mempercayai hari pembalasan.” (QS al-Ma’arij, 70: 19-26)

Kelima, menstimulan berkembangnya ilmu pengetahuan

Perjalanan Isra’ Mi’raj Nabi di zamannya merupakan sesuatu yang tidak mudah diterima akal. Di sisi lain umat Islam diharuskan percaya terhadap peristiwa Isra’ Mi’raj.

Ketika umat Islam sudah yakin dan percara terhadap peristiwa Isra Mi’raj, maka manusia tergerak hati dan pikirannya untuk membuktikan secara nyata, secara riil. Kisah nabi tentang langit membangkitkan orang orang tertentu melakukan penelitian guna menemukan kebenaran riil dari apa yang ceritakan nabi. Dari sinibahwa Isra’ Mi’raj merupakan peristiwa yang dapat menstimulan ilmuan-ilmuan untuk mengkaji dan membuktikan kebenaran cerita nabi. Al-Qur’an pun sudah mendorong manusia untuk mengkaji lebih jauh dengan ungkapan, afala ya’qilun, afala ya’lamun, afala yadzkurun, dan lain sebagainya. Allah berfirman:

خَلَقَ السَّمٰوٰتِ بِغَيْرِ عَمَدٍ تَرَوْنَهَا وَاَلْقٰى فِى الْاَرْضِ رَوَاسِيَ اَنْ تَمِيْدَ بِكُمْ وَبَثَّ فِيْهَا مِنْ كُلِّ دَاۤبَّةٍۗ وَاَنْزَلْنَا مِنَ السَّمَاۤءِ مَاۤءً فَاَنْۢبَتْنَا فِيْهَا مِنْ كُلِّ زَوْجٍ كَرِيْمٍ

”Dia menciptakan langit tanpa tiang sebagaimana kamu melihatnya, dan Dia meletakkan gunung-gunung (di permukaan) bumi agar ia (bumi) tidak menggoyangkan kamu; dan mengembangbiakkan segala macam jenis makhluk bergerak yang bernyawa di bumi. Dan Kami turunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan padanya segala macam tumbuh-tumbuhan yang baik.” (QS Lukman: 10)

Hadirin yang dimuliakan Allah

Demikian ceramah yang singkat ini saya ustadzah hj Nunung / Kajol mohon hampura lamun ada kata2 yang tidak pantas dan menyinggung  para jamaah semua , semoga bisa lebih memahami tentang Isra’ Mi’raj sehingga bisa menjadi hamba Allah yang terbaik yang pantas mendapatkan rida-Nya.

Semoga Allah memudahkan dan memberi kekuatan serta semangat kepada kita untuk bisa memaksilkan ibadah Rajab dan nilai-nilainya, sehingga kita pantas mendapatkan posisi yang tinggi di mata Allah dan mendapatkan ampunan dan Rahmat-Nya di dunia dan akhirat, Aamiin.

 

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

 

Reporter : c joko

 

By admin

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *