Kab. Bandung Barat – Qjabar.com // Segala puji hanya bagi Allah SWT, kita telah memasuki bulan Ramadan, bulan suci, bulan yang penuh berkah, dan bulan yang penuh maghfirah. Bulan Ramadan yang sedang kita jalani ini, memberikan makna mengenai pentingnya umat Islam meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT. Takwa menjadi kata kunci diwajibkannya ibadah shaum di bulan Ramadan (QS 2: 183).
Hal ini tentu menjadi bahan renungan bagi kita agar tidak mensia-siakan perintah Allah SWT tersebut. Sebagai manusia yang diciptakan oleh-Nya, apalagi diciptakannya manusia memiliki tujuan yaitu untuk beribadah kepada-Nya, “Tidak Aku ciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku” (QS. 51: 56).
Ibadah shaum di bulan Ramadan, merupakan salah satu bentuk ibadah ritual yang berimplikasi terhadap keshalehan sosial. Terkait dengan itu, dalam konteks membangun keshalehan ritual dan sosial tersebut, ada hal yang menarik mengenai Ramadan dan perubahan sosial. Selanjutnya timbul sebuah pertanyaan, apa sebetulnya yang sedang dirubah dalam tatanan masyarakat khususnya umat Islam melalui ibadah shaum?
Sejalan dengan pertanyaan tersebut, perubahan sosial ke arah yang lebih baik merupakan suatu keniscayaan. Perubahan tersebut salah satunya melalui pendidikan Ilahiyah pada bulan Ramadan, di antaranya; Pertama, umat Islam dilatih untuk meningkatkan kesabaran dan kejujuran. Selama satu bulan lamanya kita menjalankan ibadah shaum dari mulai terbit fajar sampai terbenam matahari. Shaum secara substansinya tidak hanya menahan dari rasa haus, lapar, berhubungan suami istri di siang hari, dan hal-hal yang membatalkan lainnya. Ibadah shaum mengajarkan agar umat Islam menjaga hati, lisan, pikiran, dan perilaku lainnya yang dapat merugikan diri dan orang lain seperti menjaga lisan tidak berkata kotor, memfitnah orang lain, berbohong, dan perilaku negatif lainnya.
Di tengah krisis akhlak di negeri ini seperti korupsi, penyalahgunaan narkoba, kekerasan, penipuan, dan perilaku negatif lainnya menyadarkan kita agar berperilaku jujur sehingga dapat menjadi benteng dalam kehidupan ini dari perilaku korupsi dan perbuatan negatif lainnya. Kita tentu tidak menginginkan kejujuran menjadi barang langka di tengah kehidupan bermasyarakat.
Kedua, membangun solidaritas sosial, ibadah shaum mengisyaratkan pesan-pesan kemanusiaan, saat ini umat Islam sudah dilanda dengan berbagai paham yang tanpa disadari perlahan-lahan telah merusak identitas dan komitmen sebagai hamba Allah SWT. Dehumanisasi telah menjalar di tengah-tengah umat Islam, baik melalui paham hedonisme, materialisme, individualisme, sekularisme, dan perilaku konsumtif sehingga melahirkan gejala masyarakat yang serba boleh (Permissive Society).
Di bulan Ramadan ini, dehumanisasi tersebut mulai dikikis, salah satunya kita dilatih untuk peka terhadap nasib kaum miskin dan du’afa, sehingga terwujud solidaritas sosial dengan membantu mereka yang serba kekurangan. Salah satu hikmah ibadah shaum, menurut Hasbi Ash Shiddiegy (2000: 210) yaitu menggerakkan orang kaya merahmati orang yang fakir dan menyelesaikan kebutuhan mereka itu.
Ketiga, membangun budaya membaca. Jika kita menelusuri kemajuan peradaban sebuah bangsa erat kaitannya dengan budaya literasi. Misalnya masa keemasan peradaban Islam pada abad ke-8 sampai abad ke-13, umat Islam memiliki semangat membaca, mengkaji, menganalisis, menerjemahkan, dan menulis berbagai karya ilmiah sehingga membuka mata rantai pencerahan bagi bangsa Eropa. Ramadan mengisyaratkan tentang semangat membaca harus menjadi budaya di kalangan umat Islam, hal ini tersyirat dalam surat pertama yang diwahyukan oleh Allah SWT pada tanggal 17 Ramadan kepada Nabi Muhammad Saw, surat al-‘Alaq ayat 1-5 yang diawali dengan kata Iqra, bacalah.
Demikian beberapa pesan moral terkait dengan perubahan sosial. Semoga tulisan sederhana ini menjadi motivasi bagi kita untuk memanfaatkan bulan Ramadan ini, sehingga ibadah shaum menjadi barometer bagi perubahan yang lebih baik bagi bulan selanjutnya. Semoga. Wallahu a’lam.
Reporter : Apriawan
Penulis : Ketua Umum PD PGMNI Kabupaten Bandung Barat