Kab. Tasikmalaya, Qjabar, – Kantor Sekretariat Dewan Pimpinan Cabang Persatuan Wartawan Republik Indonesia (DPC PWRI) Kabupaten Tasikmalaya menjadi saksi semangat pembaruan jurnalistik saat Emil Foster Simatupang Ketua Forum Wartawan Mahkamah Agung (FORWAMA) dan wartawan senior era 1980-an hadir memberikan edukasi jurnalistik kepada para pengurus dan anggota PWRI setempat, Senin (13/10/2025).

Dalam kegiatan bertajuk “Menjaga Marwah Jurnalisme di Era Digital”, Emil menyampaikan kuliah umum yang sarat nilai, refleksi sejarah, dan tantangan masa kini. Dihadiri puluhan jurnalis dari berbagai media lokal, acara ini menjadi ruang pembelajaran lintas generasi — mempertemukan idealisme pers masa lalu dengan realitas media kekinian.

Jurnalisme: Pilar Akal Sehat Publik

Mengawali sesi, Emil mengajak peserta merenungkan kembali esensi profesi wartawan. Menurutnya, jurnalis bukan sekadar pencatat peristiwa, tetapi penjaga akal sehat publik yang bertugas menyaring informasi dan menyampaikan kebenaran secara bertanggung jawab.

“Di tengah banjir informasi dan algoritma yang membentuk opini publik, wartawan harus menjadi jangkar kebenaran. Kita tidak boleh larut dalam arus, tapi harus menjadi penentu arah,” tegas Emil dengan nada bersahabat.

Ia menekankan pentingnya prinsip verifikasi, keberimbangan, dan independensi dalam setiap produk jurnalistik. Etika jurnalistik, lanjutnya, bukan sekadar aturan, tetapi fondasi moral yang membedakan jurnalis dari sekadar penyebar konten.

Tantangan dan Harapan untuk Pers Daerah

Dalam sesi interaktif, Emil mengulas tantangan yang dihadapi jurnalis daerah, mulai dari keterbatasan sumber daya, tekanan ekonomi media, hingga minimnya pelatihan berkelanjutan. Namun, ia menekankan bahwa pers lokal memiliki kekuatan unik: kedekatan dengan masyarakat, akses langsung ke isu-isu akar rumput, dan potensi membangun kepercayaan publik.
“Pers daerah punya kekuatan yang tidak dimiliki media nasional. Tapi kekuatan itu harus dibarengi dengan kualitas dan integritas,” ujarnya.
Ia juga membagikan kisah-kisah inspiratif dari pengalamannya sebagai wartawan investigasi di era Orde Baru — termasuk bagaimana ia menghadapi tekanan politik sambil tetap menjaga independensi liputan.

Apresiasi dan Komitmen PWRI Tasikmalaya

Ketua DPC PWRI Kabupaten Tasikmalaya, Chandra F. Simatupang, menyampaikan apresiasi mendalam atas kehadiran Emil Foster. Ia menyebut kegiatan ini sebagai momen bersejarah dan titik awal pembenahan kualitas jurnalistik di daerah.

“Kami merasa terhormat bisa belajar langsung dari tokoh pers nasional. Ini bukan sekadar pelatihan, tapi penyulut semangat baru untuk menjaga marwah profesi,” ungkap Chandra.

Acara ditutup dengan diskusi terbuka yang berlangsung dinamis. Para peserta aktif bertanya seputar praktik jurnalistik, etika peliputan, strategi menghadapi tekanan di lapangan, hingga cara membangun kredibilitas media lokal. Banyak yang mengaku terinspirasi dan termotivasi untuk menekuni profesi wartawan secara lebih serius dan profesional.

Menyalakan Obor Jurnalisme dari Daerah

Kegiatan ini menjadi bukti bahwa semangat jurnalisme kritis dan bertanggung jawab masih menyala, bahkan dari daerah. Melalui kolaborasi lintas generasi dan komitmen terhadap kualitas, PWRI Tasikmalaya menunjukkan bahwa masa depan pers Indonesia tidak hanya ditentukan oleh media besar, tetapi juga oleh jurnalis-jurnalis lokal yang bekerja dengan hati dan integritas.

 

 

 

Reporter : Day

 

 

 

By admin

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *